Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2018

Izrail, Malaikat Pencabut Nyawa

MALAIKAT IZRAIL alaihissalam Malaikat Izrail atau yang disebut juga Malaikat Azrail alaihissalam adalah malaikat yang bertugas mencabut nyawa seluruh makhluk yang bernyawa, yakni mengeluarkan nyawa dari tempatnya di dalam tubuh sekalipun itu nyawa kutu ataupun nyamuk sebagaimana yang dikatakan ahlul haq. Berbeda dengan pendapat kaum Mu’tazilah yang mengatakan bahwa Malaikat Izrail itu hanya mencabut nyawa jin dan manusia, sedangkan makhluk bernyawa lainnya seperti malaikat dan burung tidak. Pendapat ini juga berbeda dengan pendapat ahli bidah yang mengatakn bahwa Malaikat Izrail itu tidak mencabut nyawa hewan, tetapi yang mencabutnya adalah pembantu-pembantunya, demikianlah yang disebutkan oleh Bajuri. Malaikat Izrail adalah malaikat yang sangat besar dan menakutkan bila dipandang. Kepalanya berada di langit yang paling tinggi sedangkan kakinya berada di bumi yang paling bawah. Wajahnya menghadap ke Lauh Mahfuzh. Seluruh makhluk berada di depan kedua matanya. Malaikat Izrail

Peniup Sangkakala, Malaikat Israfil

MALAIKAT ISRAFIL alaihissalam Malaikat Israfil alaihissalam adalah malaikat yang bertugas menjaga Lauh Mahfuz dan meniup sangkakala pada hari kiamat sehingga para makhluk menjadi mati, dan meniup kembali untuk menghidupkan orang yang sudah mati. Sangkakala tersebut adalah sebuah terompet berbentuk tanduk yang terbuat dari cahaya. Pada sangkakala itu terdapat lubang-lubang sebanyak jumlah arwah yang ada. Malaikat Israfil meniup sangkakala itu sebanyak dua kali. Pada tiupan pertama seluruh makhluk binasa kecuali yang dikehendaki Allah tidak binasa, makhluk-makhluk itu berjumlah tujuh: Arsy , Kurs i, Lauh Mahfuzh , Qalam , Surga, Neraka dan Arwah. Pada tiupan kedua seluruh makhluk dibangkitkan kembali dengan dikembalikannya seluruh ruh pada jasadnya masing-masing. Tidak ada satu pun ruh yang kelliru memasuki jasadnya. Jarak antara dua tiupan itu adalah empat puluh tahun. Hal ini terdapat dalam firman Allah surat Az-Zumar ayat 58 dan surat Yaasiin ayat 51 yang terjemahnya sebag

Malaikat Jibril, Sang Pembawa Wahyu Ilahi

MALAIKAT JIBRIL alaihissalam Malaikat Jibril alaihissalam bertugas untuk menyampaikan wahyu atau berita yang datangnya dari Allah SWT kepada para nabi alaihimussalam. Imam Suyuthi mengatakan bahwa malaikat Jibril itu hadir pada saat kematian seseorang yang mati dalam keadaan memiliki wudhu. Sedangkan pendapat yang masyhur yang mengatakan bahwa malaikat Jibril tidak lagi turun sepeninggal Nabi Muhammad SAW adalah pendapat yang tidak berdasar sama sekali. Hanya dikatakan bahwa malaikat Jibril tidak turun membawa wahyu lagi, demikian yang dikatakan Alqalyubi. Sumber: Alkaaf, Idrus. 2008. Terjemah Nuuruzh Zhalaam Syaikh Muhammad Nawawi Asy-Syafi’i Telaah keimanan tentang Dzat Allah dan seluruh ciptaanNya . Surabaya: Mutiara Ilmu.

Bahaya Meniup Makanan

BAHAYA MENIUP MAKANAN ATAU MINUMAN PANAS Seringkali kita meniup makanan atau minuman panas yang akan kita nikmati. Tahukah anda bahwa itu tidak baik untuk kesehatan kita? Bahkan bagi umat Islam, Nabi Muhammad SAW.melarang perbuatan tersebut. Lho kok bisa…? Makin berkembangnya iptek, mulailah terkuak penyebab larangan itu. Penyebab larangan meniup makanan atau minuman ternyata sangat berhubungan erat dengan zat kimia yang disebut asam karbonat. Dan tahukah anda jika asam karbonat ternyata sudah ada di dalam tubuh kita. Zat itu berfungsi untuk mengatur kadar keasaman darah kita. Makin tinggi kandungan asam karbonat artinya darah juga makin asam. Dan makin tinggi keasaman darah, maka resiko mengalami gangguan jantung juga semakin besar. Tanda-tanda mengalami gangguan jantung antara lain napas pmenjadi cepat, sesak nafas, dan pusing. Lalu apa hubungannya dengan meniup makanan atau minuman panas? Jawabannya adalah jika seseorang bernafas atau meniupkan nafasnya maka dia akan menge

CERPEN

NENG ZULFA Oleh: Putri Nur Wahyu Ningsih Srek srek srek…suara sikat yang beradu dengan cucian terdengar riuh di telinga. Belum lagi suara gemericik air yang mengguyur dan membasahi tubuh di balik pintu kamar mandi yang berjajar rapi di sepanjang blok itu. Ditambah para santri putri yang berbaris mengantre di luar masing-masing pintu yang juga menciptakan keributan. Di antara mereka ada yang asyik bergosip, ada yang melakukan olah vokal menyanyi, ada  yang berteriak-teriak karena tidak sabar menunggu temannya di dalam, dan ada pula yang memilih berdiri sandaran di tembok sambil melalar hafalan nadhom.   “Neng Zulfa! Yakin tidak mau mencalonkan diri jadi ketua pondok putri tahun ini?” ujar Dewi sambil terus bergelut dengan cucian yang disikatnya. Santri putri berparas ayu di samping Dewi itu menggeleng, tangannya juga sibuk menyikat. “Tidak, De. Aku tidak pantas mencalonkan diri jadi ketua pondok,” katanya seperti gumaman. “Banyak yang lebih pantas dariku,” suara lirihnya membuat